Makalah Qasam dalam Al-Qur'an

MAKALAH

STUDY PENGANTAR AL-QUR’AN

Qasam Dalam Al-Qur’an


 Kesiapan  jiwa setiap individu dalam menerima kebenaran dan tunduk terhadap cahayanya itu berbeda-beda. Jiwa yang jernih yang fitrahnya tidak ternoda kejahatan akan segera menyambut petunjuk dan membukakan pintu hati dari sinarnya serta berusaha mengikutinya sekalipun petunjuk itu sampai kepadanya hanya sepintas kilas. Sedang jiwa yang tertutup oleh kejahilan dan kegelapannya kebatilan tidak akan tergerak hatinya kecuali dengan peringatan dan kalimat yang keras , dengan cara seperti itulah keingkaran tergerak . Qasam (sumpah) dalam perkataan, termasuk salah satu cara memperkuat ungkapan kalimat yang diiringi dengan bukti nyata, sehingga lawan dapat mengakui apa yang semula diingkarinya.
Definisi dan Model Qasam
                 Aqsam adalah bentuk jamak dari qasam yang berarti al-hilf dan al-yamin, yakni sumpah. Shighat asli qasam ialah fi’il atau kata kerja”aqsama”atau “ahlafa” yang di-muta’addi (transitif)-kan dengan “ba” menjadi muqsam bih(sesuatu yang digunakan untuk bersumpah),kemudian muqsam alaih, yang dinamakan dengan jawab qasam.
Dari segi terminologi, Aqsam diartikan memperkuat maksud disertai menyebutkan sesuatu yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dengan memfungsikan huruf و(wawu) atau yang lain seperti  ب (ba),  ت(ta). Dengan demikian, maka suku-suku shighat, atau boleh disebut juga unsur-unsur qasam, ada empat: 1) muqsam (yang bersumpah), 2) fi’il yang muta’addi dengan ba, 3) muqsam bih, dan 4) muqsam ‘alaih.
Karena qasam banyak terjadi dalam pembicaraan maka penggunaannya diringkaskan, dibuang fi’il qasam dan cukup dengan hurup ba saja. Kemudian hurup “ba” pun diganti dengan huruf “wawu”, pada isim-isim dzahir dan dengan hurup “ta” pada nama-nama Allah[11]. Aisah Abdurrahman mengatakan bahwa ba digunakan untuk hal-hal yang abstrak dan kongkrit. Sedangkan wawu banyak digunakan untuk ungkapan-ungkapan yang bersifat material, dapat diindra, dan realistis. Adapun ta hanya digunakan untuk lafad Jalalah[12].
                Sedangkan pengertian Alquran yang telah disepakati oleh para ulama dan ahli Usul dan Kalam Allah yang tiada bandigannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, penutup para nabi dan rasul dengan perantaraan malaikat Jibril ditulis dalam Mushaf-Mushaf  yang telah disampaikan secara mutawatir, serta membacanya merupakan suatu ibadah, dimulai dengan surah al-Fatihah ditutup dengan surah an-Nas Dengan demikian , ada tiga unsure dalam sighat qasam (sumpah):fi’il yang ditransitifkan dengan “ba’muqsam bih dan muqsam alaih.
                Oleh karena itu Qasam itu sering dipergunakan dalam percakapan maka ia ringkas, yaitu fi’il qasam hilangkan dan dicukupkan dengan “ba”. Kemudian”ba”pun diganti dengan”wawu” pada isim zhahir,
Dengan demikian , ada tiga unsur dalam sighat qasam (sumpah):fi’il yang ditransitifkan dengan “ba’muqsam bih dan muqsam alaih.
Sighat asli qasam ialah fi’il aqsama yang dita’diahkan (ditransitifkan) dengan huruf “ba” kepada muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah). Kemudian setelah itu barulah disebutkan muqsam ‘alaih (sesuatu yang karenanya sumpah diucapkan), yang dinamakan juga jawab qasam.
Sebagai contoh dapat dilihat dalam firman Allah berikut ini:
“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: “Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati”. (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”(QS. An-Nahl: 38). Ibnu al Qayyim al-Jauziah menganalisis bahwa Allah bersumpah dengan Dzat-Nya yang suci dan mempunyai sifat-sifat khusus, atau dengan ayat-ayat-Nya yang memantapkan eksistensi dan sifat-sifat-Nya.dan dengan sebagian makhluk-Nya[15], seperti terdapat pada QS. Al-syams berikut :
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari.Dan bulan apabila mengiringinya. Dan siang apabila menampakkannya. Dan malam apabila menutupiny. Dan langit serta pembinaannya. Dan bumi serta penghamparannya. Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). (QS. Asy-Syams (91) : 1-7)
Tiga kemungkinan alasan Allah SWT bersumpah dengan menyebut makhluk-Nya, yaitu[16] :
1) Ada kata (mudhaf) yang dibuang, seperti pada ayat وَالتِّيْنِ yakni kalimat رَبُّ sehingga jika dirangkai akan berbunyi وربّالتّين
2) Kebiasaan orang-orang Arab dalam menggunakan benda-benda itu sebagai sumpah, maka Al-Qur’an menggunakan ungkapan yang mereka kenal;
3) Sumpah dilakukan dengan menyebut sesuatu yang diagungkan di atas orang yang bersumpah, sedangkan bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang kedudukannya lebih mulia. Karena itu, Ia terkadang bersumpah dengan menyebut nama-Nya sendiri atau terkadang menyebut ciptaan-Nya.
B.  Unsur-unsur Qasam
Uslub sumpah merupakan bahagian dari uslub taukid (penegasan) yang di dalamnya terdapat tiga unsur yang biasa disebut.
1.    اد واة ا لقسم yaitu sesuatu atau alat yang digunakan dalam sigat sumpah yang berupa huruf الواو- الباء- التاء  yang berfungsi sebagai huruf “jar” dan berarti “demi” maupun lafaz yang menunjukkan sumpah. Oleh karena itu qasam sering digunakan dalam percakapan maka ia diringkas, yaitu fi’il qasam dihilangkan dan dicukupkan dengan huruf ب  (ba). seperti firman Allah dalam Q.S. al-nur (24):53
“Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah”. Kemudian “ba” pun diganti dengan “wawu” pada isim zahir, seperti firman Allah Q.S. al-Lail (92): 1
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),”. dan diganti dengan “ta” pada lafaz jalalah, misalnya: firman Allah dalam Q.S. al-Anbiya (21): 5
“ Demi Allah, Sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu”. Namun qasam dengan “terdiri atas” ini jarang dipergunakan, sedangkan yang banyak adalah wawu”.
 2.    المقسم به yaitu sesuatu yang digunakan untuk bersumpah. Allah bersumpah dalam al-Quran dengan menggunakan dua macam القسم به, yaitu:
a.       Allah bersumpah dengan zatnya yang Kudus dan mempunyai sifat-sifat khusus, atau dengan ayat-ayatnya yang memantapkan eksistensi dan sifat-sifatnya.
                Adapun bentuk uslub sumpah Allah dalam al-Quran yaitu, apakah bentuk jumlah khabariyah (kalimat beruta yang sifatnya informatif)- dan ini pada umumnya- seperti firman Allah dalam Q.S. Adz-dzariyaat (51)
Maka demi Tuhan langit dan bumi, Sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi)”. Atau berbentuk  jumlah thalabiyah (kalimat yang tidak informatif yang berisi perintah, larangan pertanyaan, ancaman dan sebagainya. Dan bisa juga disebut (jumlah insya’iyyah), seperti firman Allah Q.S. Al-Hijr (15): 9  
“Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, Tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. Allah telah bersumpah dengan Zatnya sendiri dalam al-Quran pada tujuh tempat]:
1. Q.S. Al-Tagabun (64):
2. Q.S. Al-Saba’ (34):
3. Q.S. Yunus (10):
4. Q.S. Maryam        (19):_ 
5. Q.S. Al-Hijr (15): 92
6. Q.S. Al-Nisa (64): 65
7. Q.S. Al-Maarij (70): 40
Dalam ketiga ayat pertama di atas, Allah memerintahkan nabi Muhammad saw. Agar bersumpah dengan zatnya.
b.      Allah bersumpah dengan sebagian Makhluknya, untuk menunjukkan akan keagungan penciptanya, dan juga isyarat kepada keutamaan dan kemanfaatan makhluk tersebut, agar dijadikan pelajaran bagi manusia.
3.    المقسم عليه  yaitu sesuatu yang karenanya sumpah diucapkan, di mana tujuan qasam adalah untuk mengukuhkan dan mewujudkan. Maka muqsam alaih haruslah berupa hal-hal yang layak didatangkan qasam baginya. Seperti hal-hal gaib dan tersembunyi . jika qasam itu dimaksudkan untuk menetapkan eksistensinya. Misalnya dalam Q.S. al-Qiyamah (75)                                            
Sumpah tersebut mencakup penetapan adanya balasan dari yang berhak mendapatkan balasan. Dan Allah bersumpah pada hal tersebut dengan memberikan penekanan yang sungguh-sungguh kepada kebutuhan jiwa untuk mengetahui dan menyakininya. Jawab qasam pada umumnya disebutkan, namun terkadang ada juga yang dihilangkan, sebagaimana halnya jawab “ لو “ (jika) sering dibuang. Seperti Q.S. al-takasur (102): 5
        “Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin”.
      Jadi dapat dipahami bahwa “seandainya kamu mengetahui apa yang akan kamu hadapi secara yakin, tentulah kamu akan melakukan kebaikan yang tak terlukiskan banyaknya”.      Penghilangan jawab Qasam, misalnya
Demi fajar, Dan malam yang sepuluh.Dan yang genap dan yang ganjil, Dan malam bila berlalu.Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal. (Q.S. al-Hijr (89): 1-5
                  Yang dimaksud dengan qasam di sini adalah dengan waktu yang mengandung amal-aal seperti ini pantas untuk dijadikan Allah sebagai muqsam bih, karena itu tidak memerlukan jawaban lagi.
                  Pada sisi lain, jawab al-Qasam terkadang dihilangkan karena sudah ditunjukkan oleh perkataan yang disebutkan sesudahnya, sebagaimana dalam Q.S.  al-qiyamah (75): 3
“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?
      Jadi dalam perkiraan artinya adalah “ sesungguhnya kamu akan dibangkitkan dan dihisab”.  
Dalam al-Quran Allah bersumpah tentang
a.       Pokok-pokok keimanan yang wajib diketahui makhluk, dalam hal ini terkadang Allah bersumpah untuk menjelaskan tauhid, seperti Q.S. al-Saffat (37) : 1-4
“Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya, Dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat), Dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran, Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa.
b.      Penegasan bahwa al-Quran itu hak sebagaimana Q.S. al-Waqiah (56): 75-77
 “Maka aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia”
c.       Penjelasan bahwa Rasul itu benar. Seperti Q.S. Yaa siin (36): 1-3
 “Yaa siin, Demi Al Quran yang penuh hikmah, Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul.
d.      Penjelasan balasan , janji dan ancaman, seperti Q.S. al-Zariyat (51): 1-6
 “Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat.Dan awan yang mengandung hujan, Dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah. Dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan, Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar. Dan Sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi”.
e.       Penjelasan keadaan manusia, seperti Q.S. al-Lail (92): 1-4
 “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), Dan siang apabila terang benderang, Dan penciptaan laki-laki dan perempuan, Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda”.
f.       Penjelasan tentang sifat manusia,
 “ Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya), Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, Maka ia menerbangkan debu, Dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh, Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya.
  C.  Bentuk-bentuk qasam dalam al-Quran
Adapun  bentuk uslub sumpah Allah dalam al-Quran yaitu, apakah bentuk jumlah khabariyah (kalimat berita yang sifatnya informatif) dan ini pada umumnya- seperti firman Allah dalam Q.S. al-Dzariyat (51): 23
 “Maka demi Tuhan langit dan bumi, Sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi). Atau berbentuk thalabiyah kalimat yang tidak informatif, seperti kalimat yang berisi perintah, larangan, pertanyaan ancaman dan sebaginya. Dan bisa juga disebut jumlah insya’iyyah,
“ Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua,Tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.
Qasam itu adakalanya nampak secara jelas, tegas dan adakalanya tidak jelas(tersirat).
1)Zhahir, ialah sumpah yang di dalamnya disebutkan fi’il qasam danmuqsam bih. Dan di antaranya ada yang dihilangkan fi’il qasamnya. Sebagaimana pada umumnya, karena dicukupkan dengan huruf jar berupa”ba,” “wawu” dan “ta”
                   Dikatakan w di dua tempat ini adalah “ la” nafy yang berarti “ tidak” , untuk menafikan sesuatu yang tidak disebutkan yang sesuai dengan konteks sumpah. Dan perkiraan artinya adalah “tidak benar apa yang kamu sangka, bahwa hisab dan siksa itu tidak ada”. Kemudian baru dilanjutkan dengan kalimat berikutnya: “aku bersumpah dengan hari kiamat dan dengan nafsu lawwamah, bahwa kamu kelak akan dibangkitkan”. Dikatakan pula bahwa “la” tersebut” untuk menafikan qasam, seakan-akan ia mengatakan. “Aku tidak bersumpah kepadamu dengan hari itu dan nafsu itu. tetapi aku bertanya kepadamu tanpa sumpah, apakah kamu mengira bahwa kami tidak akan mengumpulkan tulang belulangmu setelah hancur berantakan karena kematian? Sungguh masalahnya teramat jelas, sehingga tidak lagi memerlukan sumpah”. Tetapi dikatakan pula,”la” tersebut  za’idah (tambahan). Pernyataan jawab qasam dalam ayat di atas tidak disebutkan tetapi telah di tunjukkan oleh perkataan sesudahnya . “apakah manusia mengira..”. taqdirnya ialah:” sungguh kau akan dibangkitkan dan akan dihisab.
2)      Mudhmar, yaitu yang didalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak pila muqsam bih, tetapi ia ditunjukkan oleh “Lam taukid” yang masuk kedalam jawab qasam.
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Maksudnya, demi Allah kamu sungguh-sungguh akan diuji.
Faedah Qasam dalam Al-Qur’an
 Bahasa Arab mempunyai keistimewaantersendiri barupa kelembutan ungkapan dan beraneka ragam uslubnya sesuai dengan berbagai tujuannya. Lawan bicara (mukhathab) mempunyai beberapa keadaan yang dalam ilmu ma’ani disebut adhrubul khabar ats-tsalatsah atau tiga macam pola penggunaan kalimat berita; ibtida’I, talabi dan inkari.
  Mukhathab terkadang seorang berhati kosong (khaliy azh-zhihni),sama sekali tidak mempunyai persepsi akan pernyataan (hukum) yang diterangkan kepadanya, maka perkataan yang disampaikan kepadanya tidak perlu memakai penguat (ta’kid). Penggunaan perkataan demikian dinamakan ibtida’i.
 Terkadang ia ragu-ragu terhadap kebenaran pernyataan yang disampaikan kepadanya. Maka perkataan untuk orang semacam ini sebaiknya diperkuat dengan suatu penguat guna menghilangkan keraguaanya. Perkataan demikian dinamakan ibtida’i.
                 Dan terkadang ia ingkar atau menolak isi pernyataannya. Maka pembicaraanuntuknya harus disertai penguat sesuai kadar penginkarannya, kuat atau lemah. Pembicaraan demikian dinamakan inkari.
                 Qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa . Al-Qur’an Al-Karim diturunkan untuk seluru manusia, dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadapnya. Di antaranya ada yang meragukan, ada yang mengimgkari dan ada pula yamg amat memusuhi. Karena itu dipakailah qasam dalam kallamullah, guna menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahpahaman, membangun argumentasi, menguatkan khabarndan menetapkan hukum dengan cara paling sempurna.
 Muqsam Bih dalam Al-Qur’an
  Allah bersumpah dengan Dzat-Nya yang kudus dan mempunyai sifat-sifat khusus, atau dengan ayat-ayat-Nya yang memantapkan eksitensi dan sifat-sifat-Nya. Dan sumpah-Nya dengan sebagian makhluk menunjukkan bahwa makhluk itu termasuk salah satu ayat-Nya yang besar.
 Allah telah bersumpah dengan Dzat-Nya sendiri dalam Al-Qur’an pada tujuh tempat:
1).”Orang-orang kafir menyangka bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: Tidak demikian,demi tuhanku,benar-benar kamu akan dibangkitkan.”(At-Taghabun:7).
2).”Dan orang-orang kafir berkata: Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami. Katakanlah:Pasti datang, demi tuhanku, sungguh kiamat itu pasti akan datang kepadamu.”(saba’:3).
3).”Dan mereka menanyakan kepadamu. Benarkah (adzab yang dijanjikan)itu? Katakanlah: Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya adzab itu benar?”(Yunus:53)
Dalam ketiga ayat ini Allah memerintahkan Nabi agar bersumpah dengan Dzat-Nya.
4).”Demi Tuanmu. Sungguh Kami pasti akan membangkitkan mereka bersama syaitan.”(Maryam:68).
5).”Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua!”(Hijr:92).
6).”Maka demi Tuhanmu, mereka(pada hakikatnya)tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap oerkara yang mereka perselisihkan.”(An-nisa’:65)
7).”Maka Aku bersumpah dengan Tuhanmu yang memiliki timur dan barat.”(Al-Ma’arij:40).
 Semua sumpah dalam Al-Qur’an (kecuali ketujuh tempat diatas)adalah dengan menggunakan nama makhluk.Allah bisa bersumpah dengan apa saja yang dikehendaki-Nya.Adapun sumpah manusia dengan selain allah merupakan salah satu bentuk kemusyrikan. Diriwayatkan dari Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu Anhu. Bahwa rasulullah saw,bersabda:”Barang siapa bersumpah dengan selain (nama) Allah, maka ia telah kafir atau telah mempersekutukan (Allah).
Kondisi Muqsam Alaih
1)      Tujuan qasam adalah untuk mengukuhkan dan mewujudkan muqsam’alaih . karena itu, muqsam’alaih haruslah berupa hal-hal yang layak untuk disumpahkan, seperti masalah ghaib dan tersembunyi. Sumpah di sini digunakan untuk menetapkan keberadaannya.
2)      Jawab qasam itu biasanya disebutkan. Dan terkadang tidak disebutkan, sebagaimana jawaban “Lau”(jika) sering dibuang ,
                  Yang dimaksud dengan sumpah di sini ialah, waktu yang mengandung amal-amal seperti ini pantas untuk dijadikan oleh Allah sebagai sumpah. Karena ia tidak memerlukan jawaban lagi, Namun demikian, ada sementara pendapat mengatakan, jawab qasam itu dihilangkan, yakni,”kamu pasti akan disiksa wahai orang kafir Mekah.”Juga ada pendapat lain mengatakan , jawab qasam itu disebutkan , yaitu firman-Nya”Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.”(Al-fajr:14). Pendapat yang benardan sesuai dalam hal ini adalah bahwa qasam tidak memerlukan jawaban.
3)      Fi’il madhi mutsbat mutasahrrif yang tidak didahului ma’mulnya apabila menjadi jawab qasam, harus disertai dengan “Lam” dan “qad’I” Dan salah satu keduannya ini tidak boleh dihilangkan kecuali jika kalimatnya terlalu panjang.
4)      Allah bersumpah atas prinsip-prinsipkeimanna yang wajib diketahui makhluk. DIsini terkadang ia menjelaskan tauhid,seperti firman-Nya:
Siapa saja yang meneliti qasam-qasam dalam Al-Qur’an, tentu ia akan memperoleh berbagai macam pengetahuan yang tidak sedikit.
5)      Qasam ini adakalanya atas jumah khabariyah (kalimat berita),dan inilah yang banyak,seperti firman-Nya,
“Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adaah benar-benar(akan terjadi).” (Adz-Dzariyat:23).Dan adakalanya dengan jumlah thalabiyah secara maknawi(kalimat yang berisituntunan perintah,larangan,pertanggungjawaban,ancaman dan sebagainya. Seperti:
“Maka demi Tuhanmu, kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang mereka kerjakan dahulu.”(Al-Hijr:92-93). Yang dimaksud dengan ayat ini ialah ancaman dan peringatan.
Qasam dan Syarat
Qasam dan Syarat yang menjadi satu dalam suatu kalimat, maka yang menjadi jawab adalah yang lebih dahulu dari keduanya,baik qasam maupun syarat, jawab syarat tidak diperlukan lagi. Misalnya,
Dalam ayat ini bersatu qasam dan syarat, sebab taqdirnya ialah.”Demi allah, jika kamu tidak berhenti…” “Lam” yang masuk kedalm syarat itu bukanlah”Lam” jawab qasam sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya.
Beberapa fi’il yang berfungsi sebagai Qosam
 Apabila qosam berfungsi memperkuat muqsam’alaih, maka beberapa fi’il dapat difungsikan sebagai qosam jika konteks kalimatnya menunjukan makna qosam .
Macam-Macam Qasam
Menurut Manna’ Khalil al-Qaththan, qasam itu adakalanya zhahir (jelas, tegas) dan ada kalanya mudmar (tidak jelas, tersirat). Zhahir ialah sumpah yang didalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih, seperti terdapat pada QS al-Qiyamah (75) : 1-2 berikut :
Sedangkan mudhmar yaitu yang didalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak pula muqsam bih, tetapi ia ditunjukan oleh “lam taukid” yang masuk ke dalam jawab qasam[20], seperti terdapat pada QS. Ali imran (3) : 186 berikut :
 Manfaat Sumpah dalam al-qur’an
Manna’Khalil al-Qathan berargumentasi, manfaat sumpah merujuk disiplin ilmu balaghah, al-ma’ani. Dalam ilmu ini ada tiga tingkatan psikologi mukhattab atau lawan bicara yaitu: pertama, lawan bicara tidak ada asumsi apa-apa terhadap mutakallimin, disebut ibtida’i. kedua, kondisi mukhattab tidak percaya terhadap ucapan mutakallimin, maka disebut thalabi. Ketiga, mukhattab tidak percaya terhadap ucapan pengujar, maka dinamai inkari.



 Pada kondisi yang psikologi thalabi dan inkari dibutuhkan suatu penegasan. Keadaan psikologi manusia inilah al-Qur’an merangkulnya dengan konsep qasam yang mengadaptasi terhadap kebiasaan (bahasa) arab.
Menurut as-Suyuthi qasam dalam al-Quran berguna untuk menguatkan dan meyakinkan suatu persoalan. Sedangkan menurut Abu al-Qasim al-Qusyairi berpendapat bahwa al-qasam dalam al-Qur’an untuk menyempurnakan dan menguatkan argumentasi (hujjah), dia beralasan untuk memperkuat argumentasi itu dengan kesaksian (syahadah) dan sumpah (qasam).
Jadi dapat disimpulkan bahwa qasam dalam kalamullah berguna untuk menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalah pahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khabar dan menetapkan hukum dengan cara sempurna.
C. KESIMPULAN
Aqsam (sumpah) dalam Al-Qur’an memiliki padanan kata yang memiliki makna sama (sinonim), yaitu kata al-hilf atau al-yamin. Qasam didefinisikan sebagai pengikat jiwa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang dipandang agung atau besar, baik secara hakiki maupun i’tiqadi oleh orang yang bersumpah[21].
Unsur-unsur qasam, ada empat: 1) muqsam (yang bersumpah); 2) fi’il yang muta’addi dengan ba; 3) muqsam bih; dan 4) muqsam ‘alaih.
Menurut Manna’ al-Qaththan, qasam itu adakalanya zhahir (jelas, tegas) dan ada kalanya mudmar (tidak jelas, tersirat).
Menurut as-Suyuthi qasam dalam al-Quran berguna untuk menguatkan dan meyakinkan suatu persoalan. Sedangkan menurut Abu al-Qasim al-Qusyairi berpendapat bahwa al-qasam dalam al-Qur’an untuk menyempurnakan dan menguatkan argumentasi (hujjah), dia beralasan untuk memperkuat argumentasi itu dengan kesaksian (syahadah) dan sumpah (qasam).
Jadi dapat disimpulkan bahwa qasam dalam kalamullah berguna untuk menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khabar dan menetapkan hukum dengan cara sempurna.






Ibrah
Walaupun tidak disertai dengan qasam, bagi orang-orang yang beriman akan tetap meyakini kebenaran Al-Qur’an. Namun satu hal yang harus diwaspadai bahwasanya syaitan selalu berusaha supaya ummat manusia menjauh dari Al-Qur’an. Jika hidup kita jauh dari tuntunan Al-Qur’an, maka kitab suci Al-Qur’an yang ada di rumah hanyalah sebagai hiasan belaka, sehingga antara kita dan Al-Qur’an seolah-olah ada hijab yang menghalanginya. Dan ketika ada hijab antara diri kita dengan Al-Qur’an, maka pada saat itu virus-virus kekufuran mulai menggerogoti keimanan. Simak dan pelajari ayat berikut :
Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al Quran ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari (Nya).Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dan bumi untuk Kami,atau kamu mempunyai sebuah kebun korma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya,

Ibnu al-qayyim al-Jauziyah, Al-Tibyan fi Aqsam al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: Pustaka Azzam, 200), h. 18




Komentar

Postingan populer dari blog ini

LINGKUNGAN DAN ATMOSFER PENDIDIKAN ISLAM

Keutamaan Mempelajari Al-Qur’an dan Mengajarkannya

Makalah sejarah dan Turunnya Al-Qur'an